Jangan Takut Melakukan
Perubahan
“Change is the only evidence
of life”
Sumber :
Manajemen Perubahan
Oleh : Renald Kasali
• “Change is the only evidence of life”,
kata esayist Evelyn Waugh. Benar
sekali, perubahan adalah satu-satunyabukti kehidupan. Jadi perubahan
mustinya adalah hal yang biasa bagi
manusia. Hanya saja, kita seringkali
tidak menyadari sesuatu telah berubah,
bahkan mendiamkannya, alias tidak
meresponsnya sama sekali
• Banyak orang yang menghadapi perubahan
dengan menyangkal masa depan. Mereka
beranggapan cuma cara merekalah yang
benar, dan yang lain salah. Success history
mendistorsi peta yang mereka baca. Orang-
orang ini membiarkan dirinya buta terhadap
masa depan. Kata Black dan Gregersen,
suatu ketika orang-orang ini akan menjadi
fanatik dan beranggapan apa yang
diketahuinya sebagai segala-galanya, dan
apa yang tidak diketahuinya sebagai
nothing. Maka habislah masa depan.
• Manusia pada dasarnya bisa menerima
perubahan sekalipun kecepatan menerima setiap
orang berbeda-beda. Yang terjadi sesungguhnya,
manusia itu enggan “dirubah”, bukan enggan
“berubah”. Dalam konteks manajemen perubahan,
seorang pemimpin harus bertindak tak ubahnya
sebagai seorang seniman profesional, yang
menggunakan bel perubahan seakan-akan bukan
berasal dari dirinya, melainkan dari orang-orang
yang akan mengerjakan perubahan itu sendiri. Bel
ini disebut “a wake up call”, yaitu bel yang
membangunkan yang kita set sendiri, yang begitu
berbunyi membuat kita kesal, namun juga
berterimakasih. Kita bangkit dari tidur sekalipun
malas dan kantuk masih melekat.
• Sebagian besar kita beranggapan
perubahan itu baru boleh dilakukan
kalau ada masalah, saat memasuki
tahap krisis. Padahal, pada saat krisis
hampir tidak mungkin, atau mustahil
melakukan perubahan.
• Perubahan pada saat sedang berada di titik
rendah sangat rawan. Sebab pada saat itu, anda
sudah tak punya energy dan resources sama
sekali untuk mengangkatnya kembali: Tidak ada
kepercayaan, manajer-manajer yang handal pergi,
cash flow defisit, produk unggulan tidak ada, dan
seterusnya. Bahkan yang ada adalah konflik,
demo karyawan, hutang dan tuntutan-tuntutan
hukum.
Beranjak dari itu, para ahli manajemen mulai
melihat strategi perubahan terbaik seharusnya
dilakukan pada saat anda sedang mengalami
masa “senang-senang”. Yaitu saat penjualan
anda sedang bagus dan semua orang bangga
terhadap lembaganya. Tapi celakanya, justru
pada saat ini manusia-manusia itu tidak tertarik
untuk berubah. Mereka mengatakan, “Kalau
tidak ada yang rusak, mengapa harus dirubah”.
Tetapi anda harus dengan berani mengatakan,
“Kalau tidak segera diperbaiki ini akan rusak!”
Perubahan pada tahap ini kita sebut
transformasi, yaitu pembenahan manajemen
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti :
Apa yang dapat kita lakukan agar menjadi lebih
baik lagi? Apa saja kesalahan-kesalahan yang
telah kita perbuat?
Inilah seni strategi perubahan. Anda bekerja
dengan paradox, yaitu paradox of change, yang
kurang lebih artinya begini. ”Pada saat perubahan
harus dilakukan, orang-orang merasa tak ada
kebutuhan sama sekali, sebaliknya, pada saat
anda dituntut untuk berubah, anda sudah tak punya
daya sama sekali.”
Tapi bagaimana dengan orang-orang yang mau
berubah? Maukah mereka memasuki sesuatu yang
baru dengan gagah berani? Nanti dulu, bukankah
memasuki medan baru selalu ada resikonya.
Pertanyaannya adalah, bila kita memasuki “the
right track” apakah kita langsung bisa perform
dengan baik? Tentu saja tidak. Setiap permulaan
pasti sulit dan akan banyak ditemui kendala-
kendalanya. Tetapi dengan kekonsistenan dan
berani mencoba yang baru, dan terus memperbaiki
diri, lama kelamaan akan perform juga yaitu
melakukan “the right thing dan done it very well”.
Itulah sebabnya diperlukan keberanian, konsep
yang jelas dan cara kerja yang efisien.
Tentu saja tidak semua perubahan seperti ini
berakhir dengan sukses. Adakalanya Anda dipaksa
merubah sesuatu yang sifatnya sangat mendasar
dan tak ada cara lain selain melakukannya dengan
penuh pengorbanan. Kata orang-orang Korea,
kalau tak ada yang mau berkorban tak akan ada
perubahan. Tetapi ini masih belum cukup.
Dibutuhkan semacam karakter untuk memimpin
perubahan. Karakter itu sering disebut-sebut
sebagai “Lincoln type”, yaitu kejujuran, rendah hati,
cinta kasih, disiplin diri, dan keberanian yang teguh
dalam menghadapi fakta-fakta brutal yang bisa
merusak kehidupan. King dan Gandhi disebut-
sebut memiliki karakter itu.
Perubahan tidak akan mungkin dilakukan
dengan hanya merubah sistem tanpa
memperhatikan kesiapan manusia-manusianya.
Saya berkeyakinan manusia sesungguhnya
bukan enggan berubah, melainkan perlu
menyadari perubahan itu justru menjadi
tuntutan bagi dirinya. Bagaimana tahapan
perubahan manusia, perhatikan bait-bait pada
puisi ini.
When you change your thinking (pikiran)
You change your beliefs (keyakinan diri)
When you change your beliefs
You change your expectations (harapan)
When you change your expectations
You change your attitude (sikap)
When you change your attitude (sikap)
You change your behavior (tingkah laku)
When you change your behavior
You change your performance (kinerja)
When you change your performance
You change your destiny (nasib)
When you change your destiny
You change your life (hidup)
"Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.( Qs Adz-Dzaariyaat:56)
Selamat datang di Blog Visi dan Motivasi. Sebuah blog berbagi cerita dan motivasi dalam menapaki hidup ini.
Sabtu, 31 Oktober 2009
Membangun Perubahan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Says