Selamat datang di Blog Visi dan Motivasi. Sebuah blog berbagi cerita dan motivasi dalam menapaki hidup ini.

Kamis, 29 Desember 2011

Renungan 12: Rahmatan lil’alamiin

Renungan 12: Rahmatan lil’alamiin

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. (QS. Al Anbiyaa':107)

"Ah saya mah, sudah bisa ngasih makan anak sama istri sudah cukup. Saya
tidak akan muluk-muluk."

"Saya hanya ingin bermanfaat bagi orang lain."

Coba bandingkan dua kalimat di atas. Mana yang lebih baik? Jika Anda memilih
kalimat yang kedua, sepakat dengan saya.
Bagaimana dengan contoh kalimat yang pertama? Menurut saya banyak sekali.
Sebagai ciri orang-orang yang seperti ini ialah orang yang hanya mementingkan
dirinya sendiri. Ciri lain ialah orang yang cepat puas dengan hasil yang dia
peroleh, karena sudah mencukupi untuk diri serta keluarganya.

Padahal masih banyak orang-orang yang membutuhkan bantuan kita. Pengemis,
gelandangan, anak-anak jalanan, anak-anak yatim piatu, anak-anak berandal,
dan sebagainya. Jika kita sudah cukup, kenapa kita tidak berpikir untuk
mencukupi mereka?

Semua terserah Anda, kalimat mana yang akan Anda pilih. Pemilihan kata-kata
itu merupakan pencitraan pada diri Anda sendiri, apakah Anda orang yang egois
yang hanya mementingkan diri sendiri atau orang yang peduli dengan sesama,
yang menjalankan peran Anda sebagai seorang Muslim yaitu rahmatan lil
'alamin.

Jangan karena kita sudah bisa memenuhi kebutuhan kita, lalu kita berhenti
meraih sukses yang lebih tinggi lagi. Sebab, kita ini diutus menjadi rahmatan
lil’alamiin, bukan saja rahmat untuk diri sendiri dan keluarga. Jika sudah suksespun tidak ada alasan untuk tidak meraih sukses berikutnya, apa lagi jika kita masih merasa belum sukses.


Selasa, 27 Desember 2011

Renungan 10: Tegarlah (Renungan ayat2 Inspiratif)


Renungan 10: Tegarlah


Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orangorang
yang beriman. (QS.Ali 'Imraan:139)

Sungguh malu, saat kita menghadapi kesulitan, kita bersedih dan langsung
bersikap lemah. Kita hanya diam, menyerah, dan berbicara mengeluarkan
berbagai alasan-alasan mengapa kita menyerah. Kita menyalahkan orang lain,
lingkungan, atau kondisi di sekitar kita. Alasan-alasan ini hanyalah bukti
kelemahan kita, bukti bahwa kita tidak kuat menghadapi berbagai masalah yang
muncul.

Padahal Allah melarang kita bersikap lemah dan bersedih. Kita harus tetap tegar
sekokoh batu karang dan tidak bersedih atas segala kesulitan dan beban yang
menghimpit. Hapuslah air mata, bangunlah dari tidurmu. Bangkitlah, karena kita
sesungguhnya kuat untuk menghadapi berbagai cobaan yang menerpa kita.
Bersikap lemah dan larut dalam kesedihan tidak akan memberikan solusi bagi
kita. Berharap belas kasihan? Tidak dijamin, malah bisa saja kita malah
ditertawakan oleh orang lain. Kesedihan malah memadamkan api energi dalam
tubuh kita untuk bertindak dan berkarya. Bukankah diam ini justru akan membuat
masalah berlarut-larut?

Masalah tidak akan selesai hanya dengan ditangisi, kita harus kuat dan bertindak
mengatasi masalah tersebut. Bukannya diam lemah sambil bersedih hati yang
justru akan menambah kesemasan demi kecemasan dalam diri kita. Langkah
kita akan gamang, tak jelas arah, dan ujung-ujungnya kita malah tidak akan
peduli lagi dengan apa yang akan terjadi, menyerah dan pasrah.
Bangkitlah kawan, hapus air matamu, dan kuatkan dirimu.

Senin, 26 Desember 2011

Renungan 9: Hanya mengharap keridhaan Allah


Renungan 9: Hanya mengharap keridhaan Allah

Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. (QS. Al Insaan:9)

Inilah ciri orang yang melakukan kebajikan, memberi makan kepada fakir miskin hanyalah untuk menghadap ridha Allah semata. Sering kali saat kita berbuat sesuatu, kita malah dikritik pedas oleh orang lain. Sering kali saat kita berbuat baik, bukannya mendapatkan terima kasih, tetapi malah dihina. Bahkan tidak sedikit orang yang berjuang malah mendapatkan fitnah. Kita tidak akan membicarakan mereka yang tidak suka kepada orang-orang yang berbuat baik. Kita fokuskan saja kepada diri kita sendiri. Jangan sampai kehadiran orang-orang seperti ini menghambat kita berbuat baik. Kita hanya mengharapkan keridhaan Allah, tidak peduli apakah orang yang kita tolong akan berterima kasih kepada kita atau tidak.

Kita juga tidak usah memperdulikan orang yang malah mengkritik kebaikan kita. Lebih baik dikritik karena berbuat kebaikan dari pada mengkritik yang berbuat kebaikan tetapi tidak berbuat baik. Biarkan, teruskan berbuat kebaikan, teruskan berjuang untuk orang lain, dan jangan berhenti untuk berkontribusi. Yang perlu kita lakukan ialah menguatkan jiwa kita atas para pengkritik ini.

Begitu juga, kita mungkin mendapatkan fitnah, karena ada orang yang tidak suka saat kita berbuat baik. Mereka memfitnah orang yang berbuat baik karena iri, dengki, atau kedudukannya terancam. Teruskan berjuang, sebab yang kita kejar adalah keridhaan Allah. Hanya keridhaan Allah.

Jangankan kita, para Nabi pun yang mulia, selalu mendapatkan perlakuan yang jelek dari umatnya. Padahal para Nabi itu jelas akan menyelamatkan umatnya. Tapi apa yang terjadi, dibunuh, disiksa, dan difitnah, padahal mereka itu adalah orang-orang teragung yang diutus justru untuk menyelamatkan manusia. Apalah kita, jika kita bebuat baik, tentu saja akan mendapatkan perlawanan yang tidak sedikit pula.

Minggu, 25 Desember 2011

Renungan 8: Jalan keluar itu(Renungan Ayat2 Inspiratif ( 8 )



Renungan 8: Jalan keluar itu


Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (QS Ath Thalaaq:2)
Dan barang-siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS Ath Thalaaq:4)

Bagi orang bertakwa, bershabarlah, sebab kemudahan sudah menunggu kita. Matahari akan terbit esok hari bersamaan dengan kemudahan atas segala kesulitan, beban, dan kegagalan yang menimpa kita. Tidak usah risau dan pesimis, karena kemudahan dan jalan keluar sudah dijanjikan Allah SWT kepada kita. Yang kita perlu lakukan ialah dengan menambah ketakwaan kita, agar jalan keluar dan kemudahan segera menghampiri kita.

Jadi, sepelik apapun masalah yang sedang kita hadapi, bertaqwalah kepada Allah. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselasaikan jika Allah memberikan jalan keluar bagi kita. Jika kita bertaqwa, maka tidak ada alasan bagi kita untuk putus asa dan menyerah saat menghadapi masalah yang sangat rumit. Kata Umar bin Khatab ra., jika kita bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan menjaga kita.

Selasa, 20 Desember 2011

Renungan ayat2 Inspiratif ( 7 )


Renungan 7:Yang Terjadi ya Terjadilah


Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
(QS. Al Hadiid:22)

Jika memang sudah kehendak Allah SWT, kita bisa apa? Yang terjadi, ya
terjadilah. Kita tidak bisa menghindar dari berbagai bencana yang sudah
direncanakan Allah SWT, kita tidak bisa lari dari ketentuan-Nya, kita tidak
melawan-Nya, maka satu-satunya yang bisa kita lakukan ialah menerimanya.
Tunggu, yang dimaksud menerima bukanlah dalam makna “nrimo”, tetapi kita
harus menyadari dan meyakini bahwa semua itu adalah kehendak Allah SWT.

Dia-lah yang Maha Berkuasa menetapkan apapun yang terjadi pada kita.
Menerima artinya kita mengembalikan semuanya kepada Allah SWT, sebab
semuanya datang dari Allah, maka kita kembalikan kepada-Nya.

Jika kita sudah beriman akan ketentuan Allah, maka kita tidak lagi perlu larut
dalam kesedihan, penyelasalan, dan kebencian akan masalah, kesulitan,
musibah, dan kegagalan yang menimpa kita. Kita akan tenang menghadapi
usaha dan upaya kita, karena jika terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, itu
adalah sudah bagian dari ketentuan Allah SWT.

Jika hal ini sudah tertanam dalam jiwa, maka tidak ada lagi gundah, tegang,
resah, dan cemas di dalam hati kita. Kita akan menjalani hidup dengan penuh
optimis dan semangat, karena apa lagi yang harus kita cemaskan. Semuanya
sudah tertulis di Lauh Mahfudzh. Saat kesulitan menerpa, serahkan saja kepada
Allah SWT.

Senin, 12 Desember 2011

Renungan Ayat2 Inspiratif

Renungan 6: Maafkanlah 


Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS. Al A'raaf:199) 

Saat kita dilukai oleh seseorang tentu akan menyisakan luka pada diri kita. Namun luka yang lebih berbahaya adalah luka di hati, luka secara emosional. Luka emosional sering kali muncul saat kita diejek, direndahkan, dihina, atau berbagai tindakan yang mengarah ke harga diri kita. Saat emosi kita luka, kita akan sangat protektif, mengapa karena luka di atas luka lebih menyakitkan dari pada luka baru.

Luka emosional akhirnya sering menjadi sabotase bagi diri kita untuk meraih sukses. Kita takut gagal yang ujung-ujungnya takut diejek oleh orang lain. Kita juga sering takut oleh anggapan dan perkataan orang lain. Ini adalah akibat luka emosional yang masih ada dalam diri kita. Selama kita masih memiliki luka emosional, kita akan tetap sangat protektif yang secara tidak langsung sesuatu yang menyabotase diri Anda sendiri.
Seperti luka fisik, luka emosional juga bisa disembuhkan. Saat kita tertusuk duri, agar jari kita sembuh, satu langkah penting ialah dengan mencabut duri yang ada pada diri kita. Luka tersebut tidak akan sembuh jika kita tidak mencabut durinya terlebih dahulu. Begitu juga dengan luka emosional, hanya akan sembuh jika penyebab lukanya sudah kita cabut, caranya dengan memaafkan orang yang membuat kita luka emosional.


Dengan memaafkan, luka emosional kita akan sembuh sehingga kita tidak akan over protective lagi terhadap diri kita. Kita akan lebih tenang, tentram, sehat, dan mendapatkan kedamaian pikiran. Tentu saja, memaafkan yang tulus, yang benar-benar memaafkan tanpa syarat. Memaafkan yang seolah-olah orang yang melukai Anda tidak pernah melukai Anda dimasa lampau, bahkan bisa jadi dia adalah orang yang telah berjasa kepada kita karena memberikan peluang bagi kita untuk mendapatkan pahala dari memaafkan dan hikmah dari peristiwa yang bersangkutan.

Dengan memberikan maaf yang sebenar-benarnya maaf, hati ini menjadi lebih ringan, lapang dan leluasa. Tidak ada lagi ganjalan sesuatu pun di dalam hati kita yang menghambat pikiran dan tindakan kita. Kita memandang masa depan dengan lebih optimis, karena sesuatu yang kita lihat begitu cerah dan menjanjikan.

Rabu, 07 Desember 2011

Renungan Ayat2 Inspiratif



Renungan 5: Benci

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al Baqarah:216)

Betapa sering kita membenci sesuatu, seperti tugas yang berat (sebagai contoh dalam ayat diatas adalah perang), kegagalan, kekurangan yang ada dalam diri kita, dan kehilangan. Namun kita tidak pernah tahu, bisa jadi apa yang kita benci itu justru baik menurut Allah SWT. Perang, adalah sesuatu hal yang sangat dibenci orang, tetapi mungkin saja hanya dengan jihad di jalan Allah kita bisa masuk syurga.
Saat kita mengejar sesuatu kemudian gagal, bisa saja justru kegagalan ini akan membawa kebaikan kepada kita. Sebagai contoh, misalnya Anda melamar ke suatu perusahaan, dan Anda gagal menjadi karyawan perusahaan tersebut, kita membencinya. Tetapi ternyata karyawan yang ada di dalam perusahaan itu tidak bisa bebas beribadah. Ada juga orang yang merasa membenci dirinya karena dirinya tidak tampan atau tidak cantik. Padahal bisa jadi jika dia cantik, dia malah terjurumus ke dunia orang-orang yang suka pamer aurat yang dibenci oleh Allah SWT. Bisa saja karena tidak cantik justru menyelamatkan dirinya dari rasa sombong dan takabur.

Yang jelas, apa pun yang ada pada diri kita, berbaik sangkalah kepada Allah SWT, bahwa itu semua yang terbaik untuk kita. Sesuatu yang kita suka atau kita benci semuanya tidak lain nikmat sekaligus ujian. Terimalah apa yang ada pada diri kita. Jangan membenci apa yang terjadi pada diri kita, karena bisa jadi semua itu adalah yang terbaik untuk kita.

Jika kita sudah bisa menerimanya dengan lapang dada, hidup akan lebih bersemangat dalam mengejar prestasi, karena tidak ada lagi kata gagal di dalam kamus hidupnya. Hidup akan lebih tenang dengan segala kekurangan yang ada di dalam diri. Tidak ada kekhawatiran, begitu bebas, lepas, semuanya diserahkan kepada Allah untuk memberikan yang terbaik bagi dirinya.

Senin, 05 Desember 2011

Renungan Ayat2 Inspiratif


Renungan 4: Bersyukurlah

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim:7)
Saat kehilangan sesuatu, saat mengalami kerugian, atau saat tidak mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, sering kali jiwa kita terguncang sehingga patah semangat, tidak lagi memiliki motivasi. Kita sering lupa mensyukuri yang sudah kita miliki, kita juga sering melupakan hikmah yang tak ternilai dari suatu kegagalan yang harusnya kita syukuri. Padahal berdasarkan ayat diatas, jika kita mau bersyukur maka Allah menjanjikan akan menambah nikmat kita.
Oleh karena itu kita seharusnya menysukuri apa yang sudah Allah berikan kepada kita, kita juga harus mensyukuri apa yang kita dapatkan meskipun sekecil apa pun.
Ini adalah rahasia melipat gandakan nikmat kita. Saat kita berusaha, syukurilah nikmat yang kita dapatkan agar ditambah oleh Allah SWT. Jadi, tetaplah semangat meski hasil kita kecil, sebab jika kita mensyukurinya, yang kecil tersebut bisa menjadi besar.

Sangat ironis, sudah kecil, tidak kita syukuri. Alangkah bodohnya orang yang tidak mau mensyukuri nikmat Allah SWT. Mereka sering menyangka bahwa yang namanya nikmat itu adalah rezeki dalam bentuk materi yang jumlahnya besar. Padahal tidak, nikmat yang sudah kita dapatkan itu sangat banyak, jika kita berusaha untuk menyebutkannya, kita tidak akan bisa. Seperti yang dijelaskan dalam Al Quran,

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS Ibrahim:34)

Nikmatilah hidup, tetaplah semangat meski penghasilan kita kecil, karena kita bisa melipat gandakannya dengan mensyukurinya. Renungkanlah, betapa banyaknya nikmat yang sudah kita miliki. Jangan risau, jangan takut untuk gagal, sebab kegagalan sebesar apa pun tidak akan menghabiskan nikmat-nikmat yang ada pada diri kita.