Selamat datang di Blog Visi dan Motivasi. Sebuah blog berbagi cerita dan motivasi dalam menapaki hidup ini.

Jumat, 10 Juni 2011

Mengenali Nafsu kita..




Orang yang membersarkan Tuhan akan memandang nafsu itu besar dan wajib diperangi. Nafsu itulah yang sangat menyusahkan. Sebab itu dalam ajaran Islam kita mesti bermujahadah dalam melawan nafsu.

Di dalam ajaran Islam, nafsu ada tujuh peringkat :

1. Nafsu Ammarah

Nafsu yang paling jahat dan paling zalim. Jika berbuat kejahatan, dia berbangga dengan kejahatannya. Kalau terpaksa susah karena kejahatannya, dia sanggup. Jika ada orang mengingatkannya tentang kejahatannya, dia akan menjawab dengan bangganya : “Saya kan Lelaki ?!”. Bayangkanlah, kalau orang seperti ini menjadi pemimpin dan berkuasa.

2. Nafsu Lawwamah

Nafsu yang mencerca dirinya sendiri. Senantiasa kesal dengan diri sendiri. Tidak hendak membuat kejahatan tetapi tidak mampu melawan nafsu. Bila melakukan kejahatan, sedih tapi selanjutnya masih terbuat lagi. Ada kalanya buat jahat sehingga dikenakan hukuman dalam penjara. Janji tidak buat lagi tapi buat juga. Rasa sedih lagi dan buat jahat bukan karena senang membuat jahat, tapi karena lemah melawan nafsu. Walaupun sudah niat tidak mau berbuat lagi dan sudah menyesal, namun masih saja terbuat lagi. Contohnya, ketika lalu di kebun orang, ternampak limau, rambutan, dsb. Walaupun sudah menguatkan hati tidak akan mencuri, tetapi dia ambil dan mencuri lagi. Orang nafsu di peringkat ini sudah mulai sadar tetapi sering kali kalah melawan hawa nafsunya.

3. Nafsu Muhamah

Arti pada lafaz ialah nafsu yang diberi ilham, sudah mulai dipimpin, diberi hidayah. Tuhan ambil perhatian sebab dia sudah mulai mendidik nafsunya. Apabila seseorang itu bersungguh-sungguh melawan nafsunya, atas belas kasihan Allah maka Tuhan akan pimpin. Oleh karena baru dididik, ibarat orang berjalan hendak menyeberang dan melintas jalan yang di tengah-tengah ada benteng, dia sudah berada di atas benteng. Artinya dia sudah di atas perbatasan. Kalau tidak ada angina yang besar atau ujian, jika mati insya Allah selamat. Sebab sudah di atas batas tapi belum sampai ke seberang. Namun masih dalam bahaya karena apabila datang angin besar, dia mungkin kembali ke tempat semula. Atau bila ujian datang, walaupun tidak jatuh tetapi sudah mulai goyang. Orang di atas batas ini tidak dikatakan tenang, masih dalam keadaan bahaya. Baru diberi ilham. Bila sudah sampai ke seberang barulah, masuk kawasan selamat dan barulah dikatakan tenang.

4. Nafsu Mutmainnah

Istilah mutmainnah bermaksud tenang, tidak terpengaruh oleh kesenangan dan kesusahan, tidak terpengaruh oleh sehat atau sakit, orang hina atau orang puji. Semuanya sama saja baginya. Pujian orang tiak menyebabkan hati terasa senang dan tidak berbunga. Orang hina, tidak terasa sakit hati. Tidak ada perasaan hendak marah atau berdendam (rasa tidak senang). Sebab hatinya sudah tenang, perkara positif atau negatif tidak mempengaruhinya. Orang ini sudah menjadi wali kecil, sudah naik di atas batas orang soleh. Nafsu peringkat ini sudah sampai ke kawasan selamat, tidak tergugat lagi. Maka Tuhan mengalu-alukan ketibaannya, dengan ayat :

“Wahai nafsu (jiwa) yang tenang (suci). Kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dengan (hati) redha dan diredhai (Tuhan). Maka masuklah kamu dalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah kamu ke dalam Syurga-Ku.” (Al Fajr : 27-30)

Dari ayat ini, seolah-olah Tuhan tidak sabar hendak menyambut tetamu-Nya : “Mari-mari, cepat-cepat Aku tidak sabar, Aku hendak jumpa engkau ini.” Kemudian dalam ayat tadi, Tuhan berfirman : “Kembalilah dalam keadaan redha kepada Aku, dan Aku redha dengan engkau.” (Al Fajr : 28)
Tuhan mengalu-alukan dan kalau mati pada waktu itu, dia selamat. Oleh karena dia sudah selamat, sebab itulah Tuhan menyeru. Manakala bagi orang yang nafsunya belum selamat, dia akan mati dalam keadaan jikalau Tuhan hendak azab pun bisa, hendak diampunkan pun bisa.
Semuanya atas sebab keadilan Tuhan. Kalau kita hendak mengharapkan kekuatan diri sendiri, bimbang tidak selamat. Sebab itu kita mesti mencari kekuatan lain. Di antaranya perbanyakkan selawat, berbuat baik, bertawasul dengan guru-guru, dll, mudah-mudahan itu menyelamatkan. Allah berfirman :

“Bergaullah dengan hamba-hamba-Ku (yaitu para rasul, para nabi dan wali-wali), dan masuklah ke Syurga-Ku.” (Al Fajr : 29-30)

Artinya, carilah sebab-sebab untuk mendapatkan rahmat dari Allah SWT. Bila mencapai peringkat nafsu mutmainnah, barulah selamat. Nafsu-nafsu di bawah daripada peringkat itu tidak selamat.

5. Nafsu Radhiah

Orang yang berada di peringkat nafsu radhiah ini, dia meredhai apa saja yang Allah takdirkan kepadanya. Ia terhibur dengan ujian. Ia merasakan ujian adalah hadiah dari Tuhan. Bila orang menghinanya, dia berterima kasih kepada Tuhan dan dia rasa bahagia. Sebab itu mereka yang berada di maqam ini, bila kena pukul, mereka rasa puas. Bila ditampar, seolah-olah minta ditampar lagi. Nafsunya sudah jadi malaikat.

6. Nafsu Mardhiah

Orang yang berada di peringkat nafsu ini ialah apa saja yang mereka lakukan mendapat keredhaan Tuhan. Mereka inilah yang disebut dalam Hadis Qudsi : “Mereka melihat dengan pandangan Tuhan, mendengar dengan pendengaran Tuhan, berkata-kata dengan kata-kata Tuhan.” Kata-kata mereka masin, sebab itu mereka cukup menjaga tutur kata. Kalaulah mereka mengatakan celaka, maka celakalah. Karena kata-kata mereka, kata-kata yang diredhai Tuhan. Mereka memandang besar apa saja yang Tuhan lakukan.

7. Nafsu Kamilah

Nafsu petingkat ke-5, ke-6 dan ke-7 adalah derajad atau peningkatan kepada nafsu mutmainnah tadi. Bagi nafsu kamilah, manusia biasa tidak bisa sampai ke maqam ini. Kamilah hanya derajat untuk para rasul dan para nabi. Manusia biasa hanya sebatas peringkat ke-enam saja yaitu mardhiah (ini sudah taraf wali besar).

Itulah 7 peringkat nafsu manusia. Jadi orang yang hendak mendidik manusia mesti faham peringkat-peringkat nafsu ini. Kemudian perlu faham bagaimana pula hendak mendidik setiap peringkat-peringkat nafsu tersebut supaya manusia menjadi manusia yang sebenarnya.

SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Says